
Dibangun Pabrik Kimia kapasitas 3,1 Juta Ton/Tahun
Sejak tahun 2020 hingga nanti pada 2025, pemerintah tengah berupaya mengawal proyek-proyek raksasa pembangunan industri kimia yang total nilai investasinya mencapai USD31 miliar. Salah satunya adalah Proyek PT Lotte Chemical Indonesia di Cilegon, yang akan menyerap tenaga kerja hingga 15.000 orang pada masa konstruksi dan 1.300 orang pada saat operasi komersial.
Investasi proyek PT Lotte Chemical Indonesia di Cilegon akan memiliki total kapasitas produksi sebanyak 3,1 juta ton per tahun akan menghasilkan berbagai produk petrokimia hulu dan hilir seperti Etilena, Propilena, BTX, Butadiena, Polietilena (PE), dan Polipropilena (PP).
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan realisasi investasi ini menjadi tonggak baru bagi industri petrokimia di Indonesia. Dia mengatakan investasi oleh LCI menjadi salah satu investasi di industri petrokimia terbesar di Asia Tenggara. Proyek yang dinamai Lotte Chemical Indonesia New Ethylene Project (LINE Project) ini juga menandai hadirnya proyek naptha cracker pertama di Indonesia setelah vakum sekitar 25 tahun. LINE Project diharapkan bisa memulai konstruksi pada 2022 dan rampung pada 2025.
Kompleks petrokimia ini bakal memiliki kapasitas produksi hampir 2 juta ton dalam setahun dengan kemampuan produksi ethylene sebanyak 1 juta ton setahun, propylene sejumlah 520.000 ton per tahun, polypropylene 250.000 ton, dan beberapa produk turunan lainnya. Saat ini, sekitar 50 persen kebutuhan produk petrokimia Indonesia dipasok lewat impor.
PT Lotte Chemical Indonesia (LCI), bagian dari grup perusahaan petrokimia Lotte Chemical Corporation yang berbasis di Korea Selatan, mulai merealisasikan investasi senilai US$4 miliar. Rencana pembangunan proyek kompleks pabrik petrokimia yang berlokasi di Cilegon, Banten, ini sempat tertunda selama pandemi. Realisasi ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman fasilitasi percepatan realisasi investasi dengan Kementerian Investasi, serta perjanjian engineering, procurement, and construction (EPC) antara LCI dan para kontraktor utama seperti Lotte Engineering & Construction dan Hyundai Engineering & Co Ltd di Jakarta pada Jumat (7/1/2022).
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor berbagai produk kimia dalam kode HS 38 selama kurun Januari sampai Oktober 2021 mencapai US$5,54 miliar atau naik 85 persen dibandingkan dengan realisasi impor pada periode yang sama pada 2020 sebesar US$2,99 miliar. Adapun impor berbagai produk kimia pada periode yang sama mencapai US$3,15 miliar, naik 33,71 persen daripada realisasi Januari sampai Oktober 2020 sebesar US$2,35 miliar. Indonesia tercatat masih menikmati surplus sebesar US$2,39 miliar pada kelompok barang ini.
Kapasitas industri nasional untuk produk-produk tersebut saat ini mencapai 7,1 juta ton per tahun. Namun, impor produk kimia tersebut masih sangat signifikan hingga mencapai 4,6 juta ton pada tahun 2020. Hal ini mengindikasikan masih diperlukannya upaya peningkatan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
“Oleh karenanya, proyek pembangunan pabrik PT Lotte Chemical Indonesia ini diharapkan dapat mensubtitusi impor sehingga menjadi stimulus bagi industri petrokimia hilir lokal dan mendukung penciptaan lapangan kerja,” tegas Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Muhammad Khayam pada acara Penandatanganan MoU antara Kementerian Investasi/BKPM dengan Lotte Chemical Corporation, dan Perjanjian EPC di Jakarta, Jumat (7/1).
Menurut Dirjen IKFT, pemerintah juga berkomitmen untuk membangun industri manufaktur yang berdaya saing global melalui percepatan implementasi industri 4.0. “Kami akan senantiasa mendampingi pelaksanaan proyek ini dan akan turut membantu mengatasi permasalahan yang muncul,” imbuhnya.
Bahkan, dalam upaya mendukung pelaksanaan Making Indonesia 4.0, pemerintah pun tengah mengupayakan penguatan SDM melalui program vokasi industri. Hal ini sangat penting guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan kompeten sesuai dengan kebutuhan industri.
Kompleks petrokimia baru ini akan memiliki kapasitas produksi Ethylene sejumlah 1 juta ton per tahun dan Propylene sejumlah 520 ribu ton per tahun, serta produk turunan lainnya. Nilai investasi proyek naphtha cracker pertama di Indonesia ini sebesar USD4 miliar. LINE Project diharapkan dapat memulai pekerjaan konstruksi pada tahun 2022 dan selesai pada tahun 2025.
Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri kimia adalah salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan karena mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional. Sebab, bahan-bahan kimia merupakan komoditas yang strategis untuk digunakan sebagai bahan baku di berbagai sektor industri lainnya.
“Industri kimia masuk dalam Top 3 kontributor besar terhadap kinerja sektor industri pengolahan nonmigas sehingga menjadi sektor yang berperan penting pada pertumbuhan industri manufaktur nasional,” kata Kayam
Dirjen IKFT mengemukakan, pihaknya bertekad untuk terus menekan defisit neraca perdagangan di sektor industri kimia. “Oleh karena itu, perlu pengembangan investasi di industri kimia yang juga dapat mengakselerasi untuk subtitusi impor bahan dan barang kimia,” tuturnya.
Khayam menjelaskan, secara khusus, industri petrokimia merupakan sektor strategis di tingkat hulu yang menjadi modal dasar dan prasyarat utama untuk mengembangkan industri di tingkat hilir seperti untuk menghasilkan produk plastik, serat kain, tekstil, kemasan, elektronika, otomotif, dan obat-obatan.
Penulis: Apriliani S