
Investasi Triwulan II 2021 Capai Rp223 Triliun, Naik 16,2%
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mempublikasikan data realisasi investasi Triwulan II (April – Juni) Tahun 2021 yang mencapai Rp223,0 triliun dan menciptakan lapangan kerja bagi 311.922 Tenaga Kerja Indonesia. Data realisasi investasi tersebut terdiri dari kontribusi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp116,8 triliun (52,4%) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp106,2 triliun (47,6%).
Realisasi investasi selama Triwulan II Tahun 2021 ini mengalami peningkatan sebesar 16,2 % dibandingkan periode yang sama tahun 2020 (Rp191,9 triliun) dan tumbuh sebesar 1,5% jika dibandingkan dengan capaian Triwulan I Tahun 2021.
Melalui capaian tersebut, maka akumulatif data realisasi investasi Semester I (Januari – Juni) Tahun 2021 sebesar Rp442,8 triliun atau 49,2% dari target realisasi investasi tahun 2021 sebesar Rp900 triliun, sesuai dengan arahan Presiden RI Joko Widodo. Sepanjang periode ini, pemerintah telah berhasil menyediakan lapangan kerja bagi 623.715 TKI.
“Angka ini dapat kami pertanggungjawabkan, karena ini laporan langsung berdasarkan kinerja perusahaan. Proyeknya apa, lokasinya di mana, perusahaan apa. Semua data dapat dipertanggungjawabkan,” tegas Bahlil dalam konferensi pers yang dilaksanakan secara daring siang ini (27/7) di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta.
Realisasi investasi PMA pada Triwulan II Tahun 2021 ini meningkat 19,6% dan PMDN pun tumbuh sebesar 12,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 lalu. Menurut Bahlil, peningkatan PMA tersebut mengidentifikasi bahwa dunia usaha secara global mulai menyesuaikan pola perubahan yang terjadi akibat pandemi COVID-19 saat ini.
Lebih lanjut, dilihat dari sebaran wilayahnya, capaian realisasi investasi Triwulan II Tahun 2021 di luar Jawa Rp113,8 triliun (51%) lebih besar dibandingkan di Jawa sebesar Rp109,2 triliun (49%). Data realisasi investasi di luar Jawa tersebut meningkat sebesar 24,6% dibandingkan Triwulan II Tahun 2020 lalu. Secara akumulatif sepanjang Semester I Tahun 2021 ini, realisasi investasi di luar Jawa juga tercatat lebih besar yaitu Rp228,23 triliun (51,5%) dibandingkan di Jawa sebesar Rp214,53 triliun (48,5%).
“Ini paten! Biar ada pemahaman bahwa pemerintah tidak hanya urus investor di Jawa saja. Tapi juga luar Jawa. Sesuai dengan arahan Bapak Presiden agar jangan mengurus investasi besar saja. UMKM diurus. Jangan hanya urus investor di Jawa saja, tapi juga luar Jawa,” imbuh Bahlil.
Pada periode Triwulan II Tahun 2021 ini, provinsi Jawa Barat masih menjadi pada urutan teratas dengan total realisasi investasi sebesar Rp35,3 triliun (15,8%). Selain itu, sektor investasi yang mendominasi yaitu Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran dengan nilai Rp31,3 triliun atau 14% dari total capaian realisasi investasi. Periode Triwulan I Tahun 2021, Singapura masih menjadi negara asal investasi yang menyumbang realisasi investasi tertinggi yaitu sebesar US$2,1 miliar, disusul oleh Hong Kong, RRT (US$1,4 miliar); Belanda (US$1,1 miliar), Jepang (US$0,7 miliar), dan R.R. Tiongkok (US$0,6 miliar).
“Kita lihat Belanda menggeser Jepang menjadi peringkat ke-3. Di Triwulan I lalu, yang masuk 5 besar itu investasi asal negara Swiss, sekarang Belanda. Artinya ini pesan positif kepercayaan dunia internasional, khususnya Eropa. Sejak adanya Brexit, kita tahu kalau Belanda saat ini sebagai hub di Eropa,” jelas Bahlil.
Kedua negara Eropa di atas, Belanda dan Swiss masuk peringkat 10 besar negara asal PMA pada periode Januari-Juni 2021. Belanda menempati peringkat 4 dengan investasi sebanyak US$1,28 miliar. Sementara, Swiss di peringkat 9 dengan investasi sebanyak US$0,49 miliar. Singapura juga masih menempati urutan pertama dengan total investasi sebesar US$4,7 miliar atau 30,1% dari total capaian PMA.
Tidak jauh berbeda, secara akumulatif data pada Semester I Tahun 2021 menunjukkan trend yang sama. Provinsi Jawa Barat tetap menjadi lokasi dengan realisasi investasi tertinggi, yaitu sebesar Rp72,5 triliun atau 16,4% dari total capaian. Sektor Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran mendominasi dengan nilai Rp60,7 triliun atau 13,7% dari total capaian.
Dalam kesempatan ini, Bahlil juga menyampaikan bahwa dalam waktu dekat sistem Online Single Submission (OSS) Berbasis Risiko akan segera go live langsung diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo. Hal ini merupakan salah satu implementasi Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU CK).
“Ini adalah amanah UU CK, dimana pemerintah wajib memberikan kepastian, kemudahan, efisiensi, dan transparansi bagi pelaku usaha. Sesuai arahan Bapak Presiden, saat ini kita menjalankan konsep “rem dan gas”. Bagaimana satu sisi kita menyelesaikan COVID-19, dan di sisi lain, ekonomi harus jalan,” ucap Bahlil.
Menanggapi pertanyaan dari rekan media, Bahlil mengakui bahwa dalam mencapai target realisasi investasi tahun 2021 ini, Kementerian Investasi/BKPM akan menghadapi tantangan besar pada Triwulan III nanti. Hal ini dikarenakan kondisi kenaikan kasus COVID-19 yang tinggi, dimana banyak daerah di luar Jawa yang memberlakukan lockdown, sehingga menjadi tantang tersendiri dalam menarik investor untuk melakukan usahanya di luar Jawa.
“Ini kondisi yang tidak menyenangkan. Tapi ini tantangan. Jadi harus ada inovasi strategi untuk kita menghadapi. Jadi berbagai kreativitas upaya yang kita lakukan. Strateginya datangi satu-satu, beri insentif lebih baik dibanding di Jawa, kasih izin,” jelas Bahlil merespon pertanyaan dari rekan media. (***)