
Perdagangan Indonesia Fokus Pada Nilai Tambah
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyampaikan, sektor perdagangan pada 2021 cukupmembanggakan. Saat ini, Indonesia sedang bertransformasi menjadi negara yang menjual barang industri dan industri berteknologi tinggi.Hal ini merupakan komitmen Indonesia untuk mendorong peningkatan nilai tambah barang komoditas dasar pertambangan. Selain itu, pasar Indonesia yang besar juga menjadi magnet investasi untukmenjadi sentra produksi.Hal tersebutdiutarakan Mendag Lutfi dalam Gambir Trade Talk (GTT) #5 2002 yang digelar secara daring kemarin, Rabu (23/2). GTT #5 mengusung tema “Retrospeksi Kinerja Perdagangan 2021 dan Resolusi 2022”.”Catatan yang membanggakan dari ekspor nonmigas Indonesia pada 2021 adalah empat dari lima produk ekspor utama merupakanbarang-barang industri dan industri berteknologi tinggi. Komoditas tersebut adalah CPO dan turunannya (USD 32,83 miliar);besi baja (USD 20,95 miliar); produk elektrik dan elektronika (USD 11,80 miliar;serta kendaraan bermotor dan suku cadangnya(USD 8,64 miliar),”ungkap Mendag.Mendag menambahkan, ekspor mobiltelahmenjadi primadona ekspor Indonesiasaat ini. Bahkanpada 15 Februari lalu,Indonesia telah berhasil melakukan eksporperdana produkmobil ke Australia sebagai salah satu implementasi Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement(CEPA). Selain itu, Mendag juga mengungkapkan bahwa salah satu hal penting dari capaian ekspor 2021 adalah komitmen Indonesia terhadap hilirisasi produk pertambangan yang akan menjadi game changerIndonesia di masa yang akan datang.”Bisa dilihatbahwa penutupan ekspor barang mentah seperti nikel di masa lalu telah mendorong peningkatan ekspor besi baja Indonesia yang luar bisa saat ini, bahkan tumbuh hampir 93persenpada 2021 (YoY). Pertumbuhan hilirisasi nikel ini akan diikuti komoditas tambang lainnya seperti bauksit,”tambahMendag.Turut hadir dalam kegiatan iniKepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kemendag Kasan; Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Widyasanti; Staf Khusus Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal Sektoral Kementerian Keuangan Titik Anas; dan Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesiasekaligus Profesor Ekonomi Pertanian Bustanul Arifin.