
Pertamina dan Bukit Asam Siap Hilirisasi Batu Bara
Menjalankan arahan Presiden Joko Widodo, PT Pertamina (Persero) memastikan komitmen dan kesiapannya untuk memulai pelaksanaan proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Proyek kerjasama strategis antara PT Bukit Asam Tbk, PT Pertamina (Persero), dan Air Product Chemicals, Inc (APCI), ini dalam rangka meningkatkan kemandirian energi Indonesia melalui penggunaan sumber daya alam dalam negeri serta mengurangi ketergantungan pada impor Liquid Petroleum Gas (LPG) di Indonesia yang saat ini mencapai 80% dari total konsumsi LPG nasional atau sekitar 6,4 juta ton dari 7,95 juta ton LPG.
Hal inipun ditegaskan Presiden Joko Widodo dalam sambutannya, sekaligus menyampaikan kegembiraannya karena groundbreaking proyek hilirisasi batu bara ke DME dapat dimulai hari ini (24/1).
Dalam Grand Strategi Energi Nasional tahun 2015-2050, DME diproyeksikan akan menjadi salah satu energi baru pengganti LPG. Proyek hilirisasi batu bara merupakan proyek strategis nasional (PSN) yang memanfaatkan batu bara kalori rendah yang selama ini belum terkomersialisasi secara optimal, menjadi produk akhir yang bernilai tinggi.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati yang turut mendampingi Presiden Joko Widodo dalam kegiatan groundbreaking proyek tersebut mengatakan, Pertamina mendukung penuh upaya Pemerintah dalam meningkatkan penggunaan sumber energi dalam negeri sekaligus pengembangan Energi Baru untuk mewujudkan kemandirian energi Nasional.
“Setelah Pertamina sukses menjalankan program Biodiesel B30 yang menggunakan sumber energi dari kelapa sawit yang berlimpah di Indonesia, Pertamina akan menyerap DME dari batu bara dalam negeri. Produksi DME dari Tanjung Enim ini diestimasikan akan mengurangi impor LPG mencapai Rp7 triliun per tahun,” jelas Nicke.
Untuk mengurangi karbon emisi yang dihasilkan dari proses coal gasification, Nicke menjelaskan bahwa akan diterapkan teknologi CCUS (Carbon Capture, Utilization and Storage), dimana CO2 yang dihasilkan akan di injeksi ke dalam reservoir dari sumur-sumur migas di wilayah Sumsel yang dikelola oleh Pertamina Group.
DME dari Tanjung Enim akan didistribusikan ke masyarakat di 6 wilayah yaitu Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung yang diprediksi sekitar 6,3 juta KK. Dalam menjalankan penugasan Pemerintah ini, Pertamina akan mengoptimalkan penggunaan infrastruktur LPG eksisting sehingga harganya bisa terjangkau bagi masyarakat.
“Selain mengurangi impor LPG, Proyek DME Tanjung Enim ini juga membuka lapangan kerja baru sekitar 12 ribu orang, serta membangun ekonomi di wilayah Sumatera Selatan,” tutup Nicke.
Hal yang sama juga dilakukan PT Bukit Asam Tbk. Mereka berkomitmen penuh dalam pengembangan dan pelaksanaan proyek hilirisasi batu bara menjadi dymethil ether (DME). Proyek yang digarap bersama dengan PT Pertamina (Persero) dan Air Products and Chemicals, Inc ini dinilai sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada impor liquid petroleum gas (LPG).
Komimen ditandai salah satunya dengan pelaksanaan groundbreaking proyek hilirisasi batu bara menjadi DME di Kawasan Industri Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatera Selatan, Senin (24/01). Dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, proyek yang ditetapkan sebagai proyek strategis nasional melalui Perpres 109 tahun 2020 ini pun resmi dimulai.
Direktur Utama Bukit Asam, Arsal Ismail, mengungkapkan pelaksanaan groundbreaking ini menjadi momentum bersejarah dalam pengembangan kerja sama proyek.
“Kami berharap, acara ini menjadi gambaran yang baik dalam kaitannya dengan komitmen dan kesiapan Bukit Asam. Kami sekaligus mengharapkan dukungan Presiden beserta kementerian dan lembaga terkait demi kelancaran proyek hilirisasi ini,” ujar Arsal Ismail.
Arsal menambahkan, proyek hilirisasi batu bara menjadi DME sejalan dengan transformasi dan fokus Bukit Asam dalam pengembangan industri hilir untuk memberikan nilai tambah batu bara secara optimal. Melalui proyek ini, batu bara kalori rendah akan dikonversi menjadi syngas dan diproses menjadi methanol untuk menghasilkan DME sebagai alternatif pengganti LPG.
Proyek akan dilakukan di Tanjung Enim selama 20 tahun dengan total investasi sebesar USD2,1 miliar atau setara Rp30 triliun. Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta ton DME per tahun.
Turut hadir dalam acara tersebut Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Muhammad Yusuf Ateh, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Hadir pula Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru, Pj. Bupati Muara Enim Nasrun Umar, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, dan CEO Local Partner Air Products Indonesia Duddy Christian.****