
Uang Beredar Tumbuh Meningkat pada Maret 2022
Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2022 tumbuh meningkat. Posisi M2 pada Maret 2022 tercatat sebesar Rp7.810,9 triliun atau tumbuh 13,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Februari 2022 yang tercatat sebesar 12,8% (yoy). Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit[1] (M1) sebesar 18,7% (yoy) dan pertumbuhan uang kuasi sebesar 6,9% (yoy).
Peningkatan pertumbuhan M2 pada Maret 2022 terutama dipengaruhi oleh berlanjutnya akselerasi penyaluran kredit. Penyaluran kredit[2] pada Maret 2022 tumbuh 6,4% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,1% (yoy). Sementara itu, ekspansi keuangan Pemerintah melambat, tercermin dari menurunnya pertumbuhan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat menjadi sebesar 27,9% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan Februari 2022 sebesar 42,7% (yoy). Di sisi lain, aktiva luar negeri bersih terkontraksi 1,5% (yoy), berbeda dengan bulan sebelumnya yang tumbuh positif 1,4% (yoy).
Uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2022 tumbuh meningkat. Posisi M2 Maret 2022 tercatat sebesar Rp7.810,9 triliun, atau tumbuh 13,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Februari 2022 yang tercatat sebesar 12,8% (yoy). Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan seluruh komponennya. M11 tumbuh 18,7% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya (18,3%, yoy), terutama disebabkan oleh pertumbuhan uang kartal serta tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu.
Peredaran uang kartal pada Maret 2021 tercatat sebesar Rp792,6 triliun, atau tumbuh 14,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (14,0%, yoy) didorong oleh meningkatnya aktivitas masyarakat seiring meredanya kasus COVID-19. Tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu dengan pangsa 48,2% terhadap M1, tercatat sebesar Rp2.097,4 triliun pada posisi laporan, atau tumbuh 14,0% (yoy), meningkat dibandingkan Februari 2022 (13,7%, yoy). Sementara itu, pertumbuhan giro rupiah pada Maret 2022 tercatat stabil sebesar 28,8% (yoy). Di sisi lain, dana float uang elektronik tercatat sebesar Rp10,8 triliun, tumbuh 45,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (39,4%, yoy). Pangsa dana float (saldo) uang elektronik terhadap M1 pada posisi laporan sebesar 0,2%.
Uang kuasi, dengan pangsa 43,9% dari M2, tercatat sebesar Rp3.432,2 triliun pada Maret 2022, atau
tumbuh 6,9% (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya (6,5%, yoy). Peningkatan uang kuasi terutama bersumber dari komponen tabungan lainnya serta giro valas. Sementara itu, simpanan berjangka tercatat tumbuh melambat (2,4%, yoy) seiring dengan makin rendahnya suku bunga yang
ditawarkan.

Komponen surat berharga selain saham3 dengan pangsa 0,3% terhadap M2 tumbuh 46,2% (yoy),
sehubungan dengan meningkatnya kewajiban akseptasi bank terhadap sektor swasta domestik,
sertifikat deposito dan obligasi dengan jatuh tempo dibawah 1 tahun (Tabel 1).
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI UANG BEREDAR
Berdasarkan faktor yang memengaruhinya, peningkatan pertumbuhan M2 pada Maret 2022
terutama dipengaruhi berlanjutnya akselerasi penyaluran kredit. Pada Maret 2022, penyaluran kredit tumbuh 6,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,1% (yoy)
sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit produktif maupun konsumtif.
Di sisi lain, keuangan pemerintah dan aktiva luar negeri bersih menjadi faktor penahan peningkatan
M2 yang lebih tinggi. Ekspansi keuangan pemerintah tercatat melambat seiring dengan perlambatan
pertumbuhan tagihan bersih sistem moneter kepada Pemerintah Pusat, dari 42,7% (yoy) pada bulan Februari 2022 menjadi 27,9% (yoy) pada bulan laporan. Hal tersebut disebabkan oleh perlambatan tagihan sistem moneter kepada Pempus berupa kepemilikan surat berharga negara serta peningkatan kewajiban berupa simpanan Pempus pada sistem moneter. Demikian pula aktiva luar negeri bersih pada Maret 2022 terkontraksi sebesar 1,5% (yoy), berbalik arah dibandingkan Februari 2022 yang tercatat tumbuh positif 1,4% (yoy) sejalan dengan perkembangan cadangan devisa.
PERKEMBANGAN DANA PIHAK KETIGA (DPK) Penghimpunan DPK pada Maret 2022 tercatat
sebesar Rp7.238,2 triliun, atau tumbuh 10,4% (yoy), melambat dibandingkan bulan sebelumnya
(11,2%, yoy) (Tabel 3). Perkembangan DPK tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan giro serta
simpanan berjangka. Berdasarkan golongan nasabah, perlambatan giro terjadi baik pada golongan nasabah korporasi maupun perorangan, sementara perlambatan simpanan berjangka terutama
bersumber dari golongan nasabah korporasi (Tabel 4).

Pada Maret 2022, simpanan berjangka tumbuh 1,3% (yoy), melambat dari 2,6% (yoy) pada bulan sebelumnya, terutama pada bank yang berlokasi di DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Sementara itu, giro tercatat tumbuh 20,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 22,2% (yoy),
terutama di DKI Jakarta dan Jawa Timur. Di sisi lain, pertumbuhan tabungan meningkat dari 13,9% (yoy) pada Februari 2022 menjadi 14,0% (yoy) pada bulan laporan, khususnya pada tabungan valas.
PERKEMBANGAN KREDIT5
Kredit yang disalurkan oleh perbankan pada Maret 2022 terus menunjukan tren positif. Penyaluran
kredit pada Maret 2022 tercatat sebesar Rp5.848,7 triliun, atau tumbuh 6,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (6,1%, yoy). Akselerasi pertumbuhan kredit utamanya bersumber dari golongan debitur perorangan. Kredit kepada perorangan tumbuh meningkat dari 7,6% (yoy) pada Februari 2022 menjadi 8,4% (yoy) pada bulan laporan. Sementara itu, kredit kepada korporasi sedikit melambat dari 6,0% pada Februari 2022 menjadi 5,8% (yoy) pada bulan laporan (Tabel 5).

Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan penyaluran kredit pada Maret 2022 terjadi pada
seluruh jenis penggunaan. Kredit Modal Kerja (KMK) tumbuh 7,4% (yoy) pada Maret 2022,
sedikit meningkat dari bulan sebelumnya (7,3%, yoy). Peningkatan terjadi pada penyaluran KMK di sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR), serta sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan.
KMK sektor PHR pada bulan Maret 2022 tumbuh sebesar 5,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (5,5%, yoy) seiring peningkatan kredit pada subsektor Perdagangan Minyak Kelapa Sawit di DKI Jakarta dan Sumatera Utara. KMK sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh sebesar 16,2% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 14,9% (yoy), terutama kredit yang disalurkan untuk sub sektor Perkebunan Kelapa Sawit di Riau dan Lampung.
Sementara itu, Kredit Investasi (KI) meningkat dari4,9% (yoy) pada Februari 2022 menjadi 5,0% (yoy) pada Maret 2022, terutama di sektor PHR serta Industri Pengolahan. KI sektor PHR terakselerasi, dari 5,1% (yoy) menjadi 6,4% (yoy) pada Maret 2022, terutama pada Perdagangan Eceran Makanan, Minuman, dan Tembakau di Jawa Barat dan Jawa Timur. Lebih lanjut, KI sektor Industri Pengolahan pada
Maret 2022 tercatat tumbuh 4,9% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya (3,4%, yoy),
terutama pada KI lndustri Minyak Goreng dari Kelapa di Jawa Timur dan Riau. Sejalan dengan pertumbuhan kredit di sektor produktif, pertumbuhan Kredit Konsumsi (KK) juga turut terakselerasi dari 5,2% (yoy) pada Februari 2022 menjadi 6,0% (yoy), didorong oleh penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan Kredit Multiguna (Tabel 6).

Di sisi lain, penyaluran kredit sektor Properti pada Maret 2022 tumbuh 5,9% (yoy), sedikit lebih rendah
dibandingkan bulan sebelumnya (6,0%, yoy), terutama pada Kredit Konstruksi. Kredit Konstruksi berbalik arah dari tumbuh positif sebesar 1,2% (yoy) menjadi terkontraksi -0,1% (yoy) pada Maret 2022, terutama pada sub sektor Konstruksi Bangunan Elektrikal dan Komunikasi di DKI Jakarta. Di sisi lain, kredit KPR/KPA tumbuh meningkat, dari 10,2% (yoy) menjadi 10,6% (yoy) pada bulan laporan, terutama kredit untuk Pemilikan Rumah Tinggal Tipe di atas 70 di Banten. Demikian pula kredit Real Estate tumbuh positif 4,6% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 3,1% (yoy), seiring peningkatan penyaluran kredit Real Estate Gedung Perbelanjaan (Mal, Plaza) di DKI Jakarta.
Penyaluran kredit kepada UMKM pada Maret 2022 tumbuh 15,0% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya (14,4%, yoy), terutama pada kredit skala mikro dan kecil (Tabel 8). Kredit UMKM skala mikro
tumbuh 94,7% (yoy) pada Maret 2022, terakselerasi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya
sebesar 82,9% (yoy). Demikian pula kredit UMKM skala kecil tercatat tumbuh 27,4% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan 27,2% (yoy) pada bulan Februari 2022. Di sisi lain, Kredit usaha menengah mengalami kontraksi yang lebih dalam menjadi sebesar -28,6% (yoy) pada bulan laporan. Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan kredit UMKM didorong oleh Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja.
SUKU BUNGA SIMPANAN DAN KREDIT

Suku bunga simpanan dan pinjaman pada Maret 2022 menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Maret 2022, rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat sebesar 9,09%, turun 2 basis poin dibandingkan bulan sebelumnya (9,11%). Demikian pula, rata-rata tertimbang suku bunga simpanan berjangka mengalami penurunan pada hampir seluruh jenis tenor. Suku bunga simpanan berjangka tenor 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 24 bulan tercatat menurun, dari masing-masing 3,05%, 3,29%, 3,55%, dan 4,10% pada Februari 2022 menjadi 3,02%, 3,27%, 3,42%, dan 3,96% pada Maret 2022. Di sisi lain, suku bunga 1 bulan tercatat meningkat sebesar 2,85% pada bulan laporan (Grafik 6).